1. Jenis pemangkasan Pemangkasan yang dilakukan ada beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pemangkasan indukan
Pemangkasan indukan merupakan pemangkasan . Pemangkasan ini dikerjakan untuk tanaman semani atau stump, bibit yang berasal dari bagian bawah batang tanaman, yang tumbuh lurus tanpa membentuk cabang. Pelaksanaannya dilakukan apabila ukuran garis tengah batang kira-kira 2 ½ cm. Akan tetapi, pada tanaman yang kurang subur, tanaman dibiarkan menjadi besar terlebih dahulu. Tinggi tanaman yang tersisa sekitar 12-15 cm.
b. Pemangkasan bentuk
Tujuan melakukan pemangkasan sama seprti tanaman indukan. Cabang tanaman dipotong setinggi 30-40 cm dari atas tanah. Pemangkasan bentuk dilakukan 1,5-2,5 tahun setelah pemangkasan indukan. Waktu ini tidaklah sama untuk setiap daerah/ perkebunan, tergantung dari pertumbuhan tanaman tehnya.
c. Pemangkasan keprasan
Pemangkasan ini bertujuan untuk mendapatkan cabang baru yang diharapkan akan menghasilkan tunas. Oleh karena itu tujuannya sama dengan pemangkasan produksi, maka ada yang menggolongkan dalam pemangkasan produsi. Pemangkasan keprasan juga disebut pengkasan meja (cut across) karena hasilnya datar seperti meja. Pemangkasan dilakukan 2,5-3 tahun setelah pemangkasan bentuk. Jarak antara dua pemangkasan keprasan sekitar 1,5 meter. Bagian yang dipangkas sekitar 5 cm dari bekas pemangkasan sebelumnya. Dengan demikian tinggi tanaman dapat diatur sekitar 1 meter saja.
d. Pemangkasan produksi
Pemangkasan produksi ini terdiri atas beberapa tahap lagi, yaitu sebagai berikut.
A. Pemangkasan produksi kesatu dilakukan pada saat tinggi tanaman 45 cm atau tanaman berumur 8 tahun.
B. Pemangkasan produksi kedua dilakukan pada saat tinggi tanaman 50 cm atau tanaman berumur 11 tahun.
C. Pemangkasan produksi ketiga dilakukan saat tinggi tanaman 55 cm atau tanaman berumur 14 tahun.
Tahap D, E, F, G, H, I dan J tinggal mengikuti patokan di atas.
D. Pemangkasan produksi kesepuluh dilakukan saat tinggi tanaman 90 cm atau tanaman berumur 35 tahun.
E. Pemangkasan dalam Pemangkasan dalam merupakan pemangkasan yang dilakukan antara bekas 2 pasangan bentuk, misalnya pangkasan bentuk I dan II. Waktu pelaksanaan bentuk adalah bulan Januari-Maret dengan jangka waktu 13-14 tahun sekali. Setelah melakukan pemangkasan produksi tahap K di atas bisa juga melakukan pemangkasan dalam. Berarti pangkasan dalam (pada gambar tahap L) dilakukan saat tanaman berumur sama dengan tahap K, yaitu 35 tahun. Tinggi tanaman setelah pemangkasan ini hanya 40 cm. Pemangkasan ini tidak harus dilakukan, sehingga ada yang tidak melakukannya.
Dalam perawatan tanaman teh juga dikenal pangkasan bersih atau clean prunning, yaitu pengkasan di seluruh bagian tanaman teh tenasuk cabang atau ranting yang mati, ranting kecil (diameter kurang dari 1 cm). Pangkasan bersih biasa dilakukan di perkebunan teh setiap 3-4 tahu sekali. Ada juga perkebunan yang melakukan pangkasan bersih secaera berselang seling dengan pangkasan meja. Manfaat pangkasan bersih adalah tanaman teh dapat dibersihkan dari pertumbuhan cabang yang tidak diperlukan. Walaupun demikian ada juga bahayanya, yaitu mengurangi daya asimilasi tanaman secara drastis terutuma tanaman yang pendek. Akibatnya, cabang-cabang bisa mati. Oleh karena itu, tanaman teh di daerah dataran rendah tidak dilkukan pangkasan bersih bila tadak ada tanaman pelindungnya.
2. Alat pemangkasan
Alat yang digunakan untuk memangkas adalah gergaji pangkas dengan panjang 40-60 cm dan lebar 7-8 cm yang semakin meruncing ke ujung. Ujung yang runcing untuk memudahkan alat tersebut dimasukkan ke sels-sels batang atau cabang yang hanedak dipangkas. Tangkai gergaji biasanya dibuat melengkung. Untuk mempercepat pekerjaan dapat digunakan gergaji mesin.
Selain gergaji pangkas alat yang juga digunakan adalah gaet, bentuknya melengkung hampir serti setengah lingkaran. Dalamnya cekungan (lengkungan) tersebut tergangtung dari macam pemangkasannya. Misalnya, pemangkasan dalam menggunakan gaet berbentuk lebih cekung daripada yang digunakan untuk pemangkasan keprasan. Selain itu, besar dan berat gaet juga ada beberapa macam.
Golok, pisau, gunting pangkas, atau parang yang tajam bisa juga digunakan asalkan rapi dan tidak melukai batang. Alat pangkas tersebut digunakan untuk batang atau cabang yang berukuran kecil.
Untuk membantu kelancaran pekerjaajn pemangkasan, digunakan alat bantu seprti tongkat ukuran dan batu asah (batu gosok) atau kikir. Tongkat ukuran terbuat dari kayu atau bambu yang ukuranya sesuai dengan ketinggian pangkas yang diinginkan. Kikir diperlukan untuk mempertajam permukaan potong grgaji pangkas. Sedangkan batu gosok digunakan untuk mengasah atua menggosok gaet. Ketajaman alat diperlukan agar tidak banyak melukai batang atau ranting.
3. Cara pemangkasan
Tongkat ukur diletakkan vertikal di tengah pohon. Lalu 2 atau 3 cabang di potong sesuai ketinggian tongkat ukur. Cabang lainnya dipangkas rata pedoman pada cabang yang telah diukur tadi. Bidang pangkasan harus dibuat rata dan sejajar dengan kemiringan tanah.
Sewaktu melakukan pemangkasan bidang permukaan batang atau cabang selaludibuat sudut lancip dengan sumbu cabang yang dipotong. Sudut yang sekitar 45° atau lebih sedikit. Akan tetapi, jangan kurang dari 45° karena ujung cabang yang tipis dapat mengering dan mati.
Bidang pemangkasan pada batang atau cabang yang berukuran besar perlu ditutup dengan bahan tertentu. Ini untuk menjaga serangan hama penyakit serta untuk kelangsungan pertumbuhan atau cabang. Penutupan luka dilakukan setelah pangkasan dibiarkan beberapa hari sampai luka mengering. Jenis bahan penutup antara lain meni, ter yang bersih (tidak mempunyai kandungan fenol bebas), atau aspal jenis Wonokromo 20/30 BPM. Apabila luka pangkasan sedemikian besarnya bisa juga digunakan adukan semen dan pasir untuk menutupnya.
Luka pada bidang pangkasan yang kecil boleh saja tidak ditutup. Namun, pada keadaan yang rawan hama penyakit dan untuk menghindari penularan bibit penyakit dari tanaman lain, hal ini perlu dilaksanakan. Bahan yang dianjurkan untuk dipakai adalah aspal jenis Wonokromo 20/30 BPM, malam dan socony produk 2295 A.
4. Waktu pemangkasan
Hal yang perlu diperhatikan adalah waktu pemangkasan. Waktu yang paling tepat adalah dipenghujung musim hujan. Pada saat itu hujan masih ada, tetapi frekuensinya tidak begitu besar dan curah hujannya sasuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan dibutuhkan tanaman untuk menumbuhkan tuans-tunas baru.
Pemangkasan di musim kemarau atau di awal musim penghujan kurang baik, terutama untuk tanaman teh di dataran rendah. Kekeringan yang terjadi di musim kemarau bisa fatal pengaruhnya terhadap tanaman teh yang baru dipangkas. Dan, awal musim penghujan banyak serangan penyakit cacar.
SUMBER:
- BUKU DASASR-DASAR BUDIDAYA TEH karya Muhammad A. Ghani (Penebar Swadaya).
- BUKU TEH PEMBUDIDAYAAN DAN PENGOLAHAN (Penebar Swadaya).
- http://sharmadie.wordpress.com/2011/01/11/perlakuan-tanaman-teh/
0 komentar:
Posting Komentar